Liputan6.com, Tokyo - Ilmuwan cuaca memprediksikan bahwa Jepang akan lebih sering dilanda musim panas berkepanjangan, dan juga topan, dalam beberapa tahun ke depan. Ramalan itu membuat Jepang menaruh perhatian ekstra terhadap penyelenggaraan Olimpiade Tokyo pada 2020 mendatang.
"Ini akan menjadi masalah besar yang berdampak pada banyak hal, termasuk soal anggaran yang telah kami kelola saat ini," kata Toshiro Muto, Ketua Olimpiade Tokyo 2020, sebagaimana dikutip dari Channel News Asia pada Kamis (29/11/2018).
"Tokyo 2020 menganggap itu sebagai isu utama," kata Muto, menambahkan bahwa penyelenggara dan Komite Olimpiade Internasional (IOC) bekerjasama dalam berbagai cara untuk mengurangi dampak pada atlet dan pengunjung.
Ketua IOC Thomas Bach mengatakan pada Rabu 28 November, bahwa ahli medis mengusulkan langkah-langkah untuk melindungi seluruh orang yang terlibat dan menyaksikan Olimpiade Tokyo 2020.
Ibu kota Jepang tersapu gelombang panas yang mematikan musim panas lalu, di mana meningkatkan kekhawatiran untuk para atlet, terutama kontingen dari kompetisi penuh ketahanan seperti maraton dan balapan.
Salah satu upaya yang telah dilakukan adalah memindah jadwal start marathon pada pukul 07.00 pagi, guna mendapatkan kondisi yang lebih dingin untuk berlari. Keputusan ini diambil menyusul peringatan media yang menyebut kelembaban tinggi pada musim panas yang menyengat, dapat menyebabkan kematian pada kontingen lari.
Ketika Jepang terakhir menyelenggarakan Olimpiade, pada tahun 1964, Olimpiade diadakan pada bulan Oktober untuk menghindari kelembaban dan panas musim panas yang menyengat di negara itu.
Simak video pilihan berikut:
https://ift.tt/2zwn7eg
November 30, 2018 at 10:01AM from Berita Hari Ini Terbaru Terkini - Kabar Harian Indonesia | Liputan6.com https://ift.tt/2zwn7eg
via IFTTT
No comments:
Post a Comment