Liputan6.com, Jakarta - Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon mengaku tidak pernah menjenguk tersangka dugaan dugaan penyebaran berita bohong Ratna Sarumpaet yang saat ini meringkuk di penjara. Fadli mengaku masih sakit hati karena menjadi korban kebohongan mantan Juru Bicara Prabowo-Sandiaga Uno itu.
"Memang enggak ada niat (menjenguk Ratna Sarumpaet). Kami nih kan keki, jengkel sekali merasa dibohongi," kata Fadli di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (1/2).
Fadli mengatakan Ketua Umum Partai Gerindra sekaligus Capres nomor urut 02 sangat dirugikan dengan kebohongan Ratna. Terlebih lagi kebohongan tersebut dijadikan bahan serangan oleh capres petahana Jokowi di debat capres-cawapres perdana, 15 Januari 2019 lalu.
"Ya kami ini yang paling dirugikan dengan kasus ini. Lihat saja ini sampai jadi bahan bagi Jokowi kan. Ditanya soal apa, dijawabnya soal kasus RS (Ratna Sarumpaet)," ujar Wakil Ketua DPR RI itu.
Karena itu, Fadli mengaku hanya ingin menjenguk beberapa tokoh selain Ratna Sarumpaet. Mulai dari Habib Bahar Bin Smith, Ahmad Dhani Prasetyo dan Buni Yani.
"Saya kemarin menjenguk Habib Bahar Smith di Bandung karena mendengar laporan dari keluarganya ke sini," ucap dia.
Dalam debat pilpres pertama, Jokowi sempat menyinggung kasus dugaan penyebar kebohongan yang dilakukan Ratna Sarumpaet ke Capres 02 Prabowo Subianto. Momen ini terjadi pada debat capres perdana.
Singgung Kasus Ratna Sarumpaet
Saat itu, Prabowo bertanya soal kepala daerah yang ditahan karena mendukungnya kepada Jokowi. Hal itu diungkapkan saat Prabowo menanggapi jawaban Jokowi terkait pertanyaan penegakan hukum dan HAM.
"Kami ingin bertanya bahwa Bapak kan sudah memerintah selama 4 tahun lebih, yang kita temukan ada perasaan di masyarakat aparat berat sebelah. Contoh kepala daerah di Jawa Timur pendukung paslon 1. Tapi ditahan Pak, ditangkap. Perlakuan tidak adil, boleh menyatakan pendapat itu HAM. Bisa diperhitungkan anak buah bapak berlebihan," kata Prabowo, Kamis, 17 Januari 2019.
Menanggapi pernyataan Prabowo, Jokowi pun meminta siapa pun yang merasa aparat berat sebelah, bisa memprotesnya sesuai dengan jalur hukum.
Jokowi meminta Prabowo tidak serta-merta menuduh pemerintah berlaku tidak adil. Dia kemudian menyinggung soal tindakan gegabah mantan juru kampanye Prabowo-Sandi, Ratna Sarumpaet.
"Ya jangan menuduh seperti itu Pak Prabowo... Karena kita ini negara hukum ada mekanisme hukum, yang bisa disalurkan. Kalau ada bukti sampaikan saja ke aparat. Jangan kita ini sering grusa-grusu menyampaikan sesuatu, misal jurkam Pak Prabowo, misalkan ini. Katanya dianiaya, mukanya babak belur. Kemudian konferensi pers bersama-sama, akhirnya apa yang terjadi? Nyatanya operasi plastik," kata Jokowi.
Reporter: Sania Mashabi
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
http://bit.ly/2TpGCgt
February 01, 2019 at 03:33PM from Berita Hari Ini Terbaru Terkini - Kabar Harian Indonesia | Liputan6.com http://bit.ly/2TpGCgt
via IFTTT
No comments:
Post a Comment