Liputan6.com, Jakarta - Mayjen TNI (Purn) Saurip Kadi mengaku heran atas pengetahuan capres petahana Jokowi yang lebih menguasai bidang pertahanan ketimbang capres Prabowo Subianto. Padahal Jokowi merupakan lulusan Faktultas Kehutanan di UGM Yogyakarta.
Mantan Aster Kasad sekaligus teman seangkatan Prabowo Subiyanto di AKABRI itu menyebut, dalam debat capres semalam Prabowo kembali mempermalukan TNI. Prabowo dinilai tidak mengetahui bahwa dalam menyusun rencana pertahanan, seluruh dunia menggunakan hakikat ancaman yang bakal dihadapi sebuah negara.
"Dan itulah maka di setiap Kedutaan Besar negara mana pun dilengkapi dengan Atase Pertahanan dari ketiga angkatan. Sehingga dasar penyusunan hakikat ancaman benar-benar valid, sama sekali bukan asumsi apalagi halusinasi. Mereka lah Badan Pengumpul Keterangan yang resmi dibiayai negara," ujar Saurip Kadi dalam keterangannya, Minggu (31/3/2019).
Menurut Saurip, capres nomor urut 01 Jokowi justru mengetahui bahwa perang zaman now bukan lagi adu kekuatan persenjataan seperti perang jaman old. Tapi perang asimetris yang intinya bagaimana mempengaruhi rakyat negara lawan melalui perubahan mindset.
Dan saat ini, negara negara lain sudah mengubah konsep pertahanan mereka. Bahkan Amerika Serikat sudah menutup sejumlah pangkalan militernya di negara lain.
Saurip Kadi juga menyatakan, keliru besar jika Prabowo membandingkan besaran anggaran militer Indonesia dengan Singapura.
"Dengan luas wilayah yang kecil, tidak lebih dari Kabupaten Brebes, tapi menguasai kekuatan ekonomi kawasan melalui jasa finansial dan perdagangan, maka tidak ada pilihan, Singapura harus mempunyai keunggulan di bidang militer. Karena dengan satu sorty pengeboman saja, Singapura akan habis'" kata dia.
Jadi, menurut Saurip, Prabowo harus belajar lagi soal pertahanan dan keamanan yang terbaru. Sesuai zaman now. "Kalau perlu, melalui bimbingan belajar," ucap Saurip Kadi.
Ditanyakan soal makna penyataan capres nomor 02 Prabowo Subiayanto bahwa dirinya adalah lebih TNI dari TNI, Saurip Kadi mempersilakan bertanya langsung kepada Prabowo.
"Tapi yang saya ketahui Pak PS adalah Perwira Tinggi TNI yang dipecat dari dinas aktif, karena berinisiatif melakukan penculikan sejumlah aktivis, sebagaimana diakui sendiri di depan sidang DKP," imbuhya.
Dia mengungkapkan, berakhirnya dinas militer di negara manapun hanya ada tiga alasan. Pertama karena atas pemintaan sendiri untuk pensiun dini, kedua karena diberhentikan dengan hormat akibat sakit atau cacat. Terakhir karena pensiun sesuai batas umur yang diatur Undang-Undang. Di luar ketiga alasan tersebut adalah karena dipecat.
"Karena Pak PS adalah perwira tinggi bintang tiga dan lagi menantu Pak Harto, ya saru kalau digunakan istilah dipecat, maka dihadapkan pada kondisi riil saat itu, penggunaan istilah diberhentikan sungguh sangat bijak," tandasnya.
Saurip mengajak bangsa ini sepatutnya bersyukur karena mempunyai Presiden yang paham tentang tentara dalam negara demokrasi dimana senjatanya wajib menghadap keluar.
Sementara kepada segenap anak bangsa, Saurip menyerukan bahwa Pemilu bukan perang. Pemilu tak lebih untuk memilih capres dan program untuk 5 tahun ke depan.
https://ift.tt/2HOhq0P
March 31, 2019 at 04:07PM from Berita Hari Ini Terbaru Terkini - Kabar Harian Indonesia | Liputan6.com https://ift.tt/2HOhq0P
via IFTTT
No comments:
Post a Comment